BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar
bukan hanya menghafal dan bukan pula mengingat, tetapi belajar adalah suatu
proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri siswa. Perubahan sebagai
hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan
pengetahuannya, daya reaksinya dan daya penerimaannya. Jadi belajar adalah
suatu proses yang aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada pada
siswa. Belajar merupakan suatu proses yang diarahkan pada suatu tujuan,proses
berbuat melalui situasi yang ada pada siswa.
Secara
pragmatis, teori belajar dapat difahami sebagai prinsip umum atau kumpulan
prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atau sejumlah fakta
dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Dengan berkembangnya
psikologi dalam pendidikan, maka bersamaan dengan itu bermunculan pula berbagai
teori tentang belajar. Dalam masa perkembangan psikologi pendidikan ini,
muncullah secara beruntun beberapa aliran psikologi pendidikan yaitu psikologi
behavioristik, psikologi kognitif, dan psikologi humanistik. Dalam setiap
periode perkembangan aliran psikologi tersebut bermunculan teori-teori tentang
belajar yaitu teori belajar behavioristik, teori belajar kognitif, dan teori
belajar humanistik.
Untuk
memahami lebih lanjut maka dalam makalah ini akan membahas mengenai implikasi
Teori Belajar Psikologi Brhavioristik, Implikasi teori Belajar Psikologi
Kognitif dan Implikasi Teori Belajar Psikologi Humanistik.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian Teori Belajar Psikologi
Behavioristik dan Bagaimana
Implikasi teori belajar psikologi behavioristik?
2.
Apa pengertian Teori Belajar Psikologi
Kognitif dan Bagaimana Implikasi teori belajar psikologi kognitif?
3.
Apa pengertian teori belajar Psikologi Humanistik
dan Bagaimana Implikasi teori belajar Psikologi humanistik?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Teori Belajar
Psikologi Behavioristik
1. Pengertian Teori Belajar
Psikologi Behavioristik
Teori
Belajar Behavoristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner
tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman[1].
Para psikologi behavioristik juga senang disebut “ Contemporary Behaviorisitik”
atau disebut juga “ S-R Psychologists”.
Teori behavioristik berpendapat bahwa semua perilaku dapat dijelaskan
oleh sebab-sebab lingkngan, bukan oleh kekuatan internal. Behavioristik berpaku
pada prilaku yang dapat diamati[2].
Guru-guru yang menganut pandangan ini berpendapat, bahwa tingkah laku
murid-murid merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan mereka pada masa lalu
dan masa sekarang dan bahwa segenap tingkah laku merupakan hasil belajar.
2. Implikasi Teori-teori Belajar
dari Psikologi Behavioristik
a).
Prosedur-prosedur pengembangan tingkah
laku
Di
dalam penggunaan reinforcement untuk memperkuat tingkah laku, ada pula 2 metode
lain untuk mengembangkan pola tingkah laku baru.
1.>
Shapping
Kebanayakan
yang diajarkan di sekolah-sekolah adalah tingkah laku kompleks, bukan hanya
simple response. Tingkah laku kompleks ini dapat diajarkan melalui proses shapping
atau seccesiue apprximations, beberapa tingkah laku yang mendekati respons
terminal. Proses ini dimulai dengan penetapan tujuan, kemudian dijakan analisis
tugas, langkah-langkah kegiatan murid, dan reinforcement terhadap respon yang
di inginkan.
Fragnier
mengemukakan lima langkah perbaikan tingkah laku belajar murid:
1.
Datang di kelas pada waktunya
2.
Berpartisipasi dalam belajar dan
merespons guru
3.
Menunjuk hasil-hasil tes dengan baik
4.
Mengerjakan pekerjaan rumah
5.
Penyempurnaan
Hewet
menyelenggarakan engineered clasroom untuk menolong murid-murid yang mengalami
hambatan emosional dengan mengorganisasi murid-murid itu secara Graduated hie
rachy.
2.>
Modeling
Modeling
adalah suatu bentuk belajar yang tak dapat disamakan dengan Classical
Condittioning. Dalam modelling, seseorang yang belajar mengikuti kelakuan irang
lain sebagai model. Tingkah laku manusia lebih banyak dipelajari melalui
modeling atau imitasi dari pada melalui pengajaran langsung.
Modeling
dapat terjadi baik dengan direct reinforcement maupun denga Vicarious
Reinforcement. Bandura (1962) dalam penelitian terhadap tingkah laku
kelompok-kelompok anak dengan sebuah boneka plastik. Mengamati bahwa dalam situasi permainan, model rewarded group
beraksi lebih agresif daripada model punished group.
Bandura
membagi tingkah laku imitatif menjadi tiga macam:
1.
Inhibitory-disinhibitory effect
merupakan kuat lemahnya tingkah laku oleh karena pengalaman tak menyenangkan
atau oleh Vicorious Reinforcement.
2.
Eleciting effect merupakan ditunjangnya
suatu respons yang pernah terjadi dalam diri, sehingga timbul respons serupa.
3.
Modelling Effect merupakan pengembangan
respons-respons baru melaui observasi terhadap suatu model tingkah laku.
Modelling dapat dipakai untuk mengajarkan keterampilan-keterampilan akademis dan
motorik.
Claritro
memberi contoh yang bagus tentang bagaimana guru menggunakan modellinga untuk
mengembangkan minat murid-muridterhadap literatur bahasa inggris kadang-kadang
tertawa terbahak-bahak, tersenyum, mengerutkan dahi, dan sebagainya. Unutk membangkitkan
minat anak terhadap buku itu.
b).
Prosedur-prosedur Pengendalian atau Perbaikan Tingkah Laku
1.
Memperkuat Tingkah Laku Bersaing
Dalam
usaha mengubah tingkah laku yang tidak di inginkan diadakan penguatan tingkah
laku yang diinginkan misalnya dengan kegiantan-kegiatan kerjasama, membaca dan
bekerja di satu meja untuk mengatasi kelakuan-kelakuan menentang, melawan dan
hilir mudik.
2.
Ekstingsi
Ekstingsi
dilakukan dengan membuat/meniadakan peristiwa-peristiwa penguat tingkah laku.
Ekstingsi dapat dipakai bersama-sama dengan metode lain seperti modeling dan
Sosial Reinforcement.
Guru-guru
sering mengalami kesulitan mengadakan ekstinasi karena mereka harus belajar
mengabaikan misbehavioris tertentu. Tentu saja ada jenis-jenis tingkah laku
yang dapat diabaikan oleh guru-guru terutama tingkah laku yang menyinggung
perasaan murid-murid.
Ekstingsi
berlangsung terutama jika reinforcement adalah perhatian. Apabila murid-murid
memperhatikan kesana kemari, maka perubahan interaksi guru murid akan
menghentikan tingkah laku murid tersebut.
3.
Satiasi
Satiasi
adalah suatu prosedur menyuruh seseorang untuk melakukan perbuatan
berulang-ulang sehingga ia menjadi lelah atau jera. Contohnya: Seorang ayah
yang memergoki anak kecilnya merokok menyuruh anak merokok sampai habis satu
sehingga anak itu bosan.
4.
Perumahan Lingkungan Stimulus
Beberapa
tingkah laku dapat dikendalikan oleh perubahan kondisi stimulus yang
mempengaruhi tingkah laku. Jika murid terganggu suara gaduh di luar kelas,
ketukan jendela dapat menghentikan gangguan itu. Jika suatu tugas sulit
mengecewakan murid, maka guru bisa mengganti dengan tugas yang kurang begitu
sulit. Jika dikelas ada dua orang murid yang termenung saja, guru dapat
menghampiri atau duduk di dekat mereka.
5.
Hukuman
Langkah
untuk memperbaiki tingkah laku, hukuman hendaknya diterapkan dikelas dengan
bijaksana. Hukuman dapat mengtasi tingkah laku yang tak di inginkan dalam eaktu
singkat, waktu itu perlu disertai dengan reinforcement. Hukuman menunjukkan apa
yang tak boleh dilakukan murid, sedangkan reward menunjukkan apa yang pesti
dilakukan oleh murid.
Bukti
menunjukkan, bahwa hukuman atas kelakuan murid yang tak pantas lebih efektif
daripada tidak menghukum.
Ada
2(dua) bentuk hukuman berikut ini:
-
Pemberian stimulus derita, misalnya bentakan,
cemoohan, ataupun ancaman.
-
Pembatalan Perlakuan Positif, misalnya
mengambil kembali suatu permainan atau mencegah anak untuk bermain-main bersama
teman-temannya.
Ingat
bahwa hukuman sering tidak disetujui oleh kelompok teman sebabnya, sia-sialah guru
menghukum anak jika teman-temannya kelihatan tidak setuju dengan hukuman itu.
Hukuman hendaknya dilaksanakan langsung, secara kalem, disertai reinforcement
dan konsisten.
c).
Langkah-langkah Dasar Memodifikasi Tingkah Laku
berikut
ini langkah-langkah bagi guru dalam mengadakan analisis dan modifikasi tingkah
laku:
1.
Rumuskan tingkah laku yang di ubah
secara operasional
2.
Amatilah frekuensi perilaku yang perlu
di ubah
3.
Cipatakan situasi belajar atau treatment
sehingga terjadi tingkah laku yang di inginkan
4.
Identifikasai reinforces yang potensial
5.
Perkuatlah tingkah laku yang di
inginkan, jika perlu gunakan prosedur-prosedur untuk memperbaiki itngkah laku
yang tidak pantas
6.
Rekam atau catatlah tingkah laku yang
diperbuat untuk menentukan kekuatan-kekuatan atau frekuensi respons yang telah
ditingkatkan.
d).
Pengajaran Terprogram
pengajaran
terprogram menerapkan prinsip-prinsip operant conditioning bagi belajar manusia
disekolah pengajaran ini berlangsung seperti halnya paket pengjaran diri
sendiri yang menyajikan suatu topic yang disusun secara cermat untuk dipelajari
dan dikerjakan oleh murid.Tiap-tiap pekerjaan murid langsung diberi feed back ,
program dapat tertuang dalam buku-buku, mesin-mesin mengajar, atau komputer (
Computer Asisten Intruction).
Pada
tahun 1950, pengajaran terprogram telah di praktekan. Sebagai pendidik yakin,
bahwa untuk pengjaran baru itu akan mempengaruhi pengajaran belajar lebih
efisien dan tugas-tuga s guru lebih terarah. Dilain pihak banyak guru yang
khawatir, bahwa mesin-mesin akan menggantikan peran mereka.
Sejak
tahun1950 sampai dengan tahun 1960, bentuk pengajaran ini mengalami banyak
kritik dan ulasan, sehingga pada tahun1970 pendidik menyimpulkan, bahwa
pengajar terprogram dapat di pakai namun peranan di masa datang adalah
melengkapi program pengajaran guru. Mesin mengajar dikembangkan pertama kalinya
oleh Sidney Pressey. Ketika itu mesin bukan untuk mengajar, melainkan untuk
testing multiple choise.
Pada
tahun 1954, B.F. Skiner menerbitkan sebuah parer yang berjudul The Science Of Learning
and The Act Of Reading. Paper ini berisikan hasil percobaan modifikasi tingkah
laku hewan dan manusia. Prinsip-prinsip Operant Conditioning dan metode-metode
pengajaran otomatic. Paper ini memberikan dasar teoritis dan menghimbau
penggunaan pengajaran yang terprogram.
Pengajaran
terprogram berusaha memajukan belajar dengan:
1.
Merinci bahan pelajaran menjadi
inti-inti kecil
2.
Memaksa murid mereaksi unit-unit kecil
itu
3.
Memberitahukan hasil belajar secara
langsung
4.
Memberikan kesempatan untuk bekerja sendiri
Ada
macam-macam pengajaran terprogram antara lain berikut ini:
1.
Program linier, program ini dikembangkan
oleh Skinner. Penyusun program menentukan urutan-urutan kegiatan murid untuk
menyelesaiakan program. Tiap bagian program berisi perincian kecil pengetahuan.
2.
program Intrinsik atau branching
program. Program ini dikembangkan oleh Croder. Dalam program ini
respons-respons murid menentukan rute atau arah kegiatan murid itu. Rute-rute
alternatif disebut branches yang merupakan prediktor-prediktor permasalahan
yang akan memperbaiki respon murid. Crowed menggunakan pertanyaan pilihan
ganda.
Ada
tiga kelakuan pokok murid dalam belajar, yaitu review, Underlining, dan note
talking. Beberapa kriteria terhadap metode pengajaran terprogram, antara lain
kurang mengembangkan kreatifitas, kurang memberikan pengalaman humanisasi,
kurang memberikan kesempatan untuk merespon dengan berbagai aktifitas.
e).
Program-program pengajaran Individual
Prinsip-prinsip
pengajaran terprogram telah diterapkan dalam program-program pengajaran
individual. Program pengajaran individual telah di kembangkan pada beberapa
lembaga pendidkan seperti berikut:
-
Program for Learning In Accordance With
Needs (PLAN), Pada Westing house Corporation.
-
Individually Gurde Education (IGE), pada
pusat penelitian pengembangan belajar kognitif – universitas Pittsburgh.
Sejak
tahun 1960, program-program itu dilaksanakan pada sekolah-sekolah diseluruh
Amerika Serikat. Proyek PLAN adalah suatu program pengajaran individual dari
bidang-bidang bahasa, matematika, IPS dam IPA. Program disusun dengan dalam
bentuk unit-unit belajar mengajar dengan rumusan tujuan, bahan pelajaran, dan
cara-cara untuk mencapai tujuan pelajaran.
Tiap-tiap
unit belajar mengajar dimulai dengan tujuan belajar yang akan diapai oleh murid
baru kemudian aktifitas belajarnya. Aktifitas belajar terdiri atas bahan-bahan
pelajaran, pertanyaan tes, dan pertanyaan diskusi. Jika murid dapat
menyelesaiakan tes-tes dengan baik, ia melanjutkan belajar pada unit-unit
berikutnya. Jika ia gagal, maka ia berkonsultasi dengan guru.
Sistem
PLAN menggunakan komputer yang mereka pakai setiap kemajuan dan performance
murid. Dengan program pengajaran indivudual. Murid-murid belajar secara maju.
Berkelanjutan menurut kemampuan dan minat mereka.
f).
Analisis Tugas
komponen-komponen
pengajaran penting menurut pandangan behavioral adalah kebutuhan akan :
1.
Perumusan tugas atau tujuan belajar
secara behavioral
2.
Membagi Taks menjadi Subtaks
3.
Menentukan hubungan dan aturan logis
antara Subtaks
4.
Menetapkan bahan dan prosedur
mengajarkan tiap-tiap Subtaks
5.
Memberi feedback pada setiap
penyelesaian Subtaks atau tujuan-tujuan terminal
Salah
satu fungsi guru yang terpenting adalah setelah ia menentukan tujuan ia
menganalisis tugas. Analisis tugas akan membantu guru dalam membimbig belajar
murid. Bagi penyusun program, analisi membantu menetukan susunan bahan
pelajaran dalam mesin belajar. Perencanaan kurikulum dapat mengatur urutan
unit-unit belajar. Melalui prefesting dan modifikasi dalam analisis tugas, maka
akan dapat mengembangkan pengajran yang lebih baik.
g).
Suatu Pendekatan Belajar Tuntas
Bloom
mengemukakan penguasaan belajr murid-murid. Kebanyakan (barangkali 90%) dapat
menguasai apa yang harus diajarkan oleh guru kepada mereka. Berikut ini sebuah
Outline Strategi belajar tuntas menurut Bloom.
1.
Pelajaran terbagi menjadi unit-unit
kecil untuk satu atau dua pelajaran
2.
Bagi masing-masing unit, tujuan
intrksional di rumuskan dengan jelas
3.
Learning teks dalam masing-masing unit
diajarkan dengan pengjaran kelompok reguler.
4.
pada tiap-tiap akhir unit belajar
diselenggarakan test-tesrt diagnostik (formative test) untuk menetukan apakah
murid-murid telah menguasai unit belajar, jika belum apa yang harus dilakukan
oleh murid
5.
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan
belajar dapat dipakai prosedur-prosedur, bekerja kelompok dengan
kelompok-kelompok kecil, dengan membaca kembali bagian-bagian tertentu,
menggunakan bahan-bahan terprogram dan audiorisual aids, serta penambahan eaktu
belajar.
6.
Bilamana unit-unit terselesaikan, suatu
tes akhir (sumative tes) diselenggarakan untuk menetukan nilai pelajaran pada
si murid.
Strategi
Bloom berbeda dengan pelajaran kelas konvensional karena menekankan:
1.
penggunaan unit-unit belajar kecil
2.
Penggunaan tes diagnostik
3.
prosedur-prosedur korektif untuk
mengtasi kesulitan belajar murid.
Bloom
mengemukakan bahwa program-program belajar tuntas mengembangkan minat dan sikap
positif terhadap mata pelajaran.
h).
Pemikiran tentang Model Belajar Mengajar
Model
belajar mengajarkan menunjukkan bahwa perbedaan individual akan mempengaruhi
keputusan-keputusan metodologi guru. Prinsip-prinsip operant conditioning dan
analisis tugas terlaksana dengan berhasil pada berbagai macam di berbagai macam
murid di berbagi situasi belajar.
Analisis
tugas berguna untuk perencanaan program pendidikan individual sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan khusus
murid. Belajar tuntas menggunakan analisis tugas untuk mengembangkan kurikulum
yang menjamin tingkat keberhasilan yang tinggi. Modifikasi tingkah laku digunakan
oleh guru untuk pengelolaan kelas, karena memberikan prinsip-prinsip keakuan
guru yang efektif.
B. Teori Belajar Psikologi Kognitif
1. Pengertian Teori Belajar
Psikologi Kognitif
Psikologi
kognitif adalah cabang yang mempelajari proses mental termasuk bagaimana orang
berfikir, merasakan, mengingat dan belajar. Bidang psikologi kognitif sangat
luas, tapi umumnya dimulai dengan melihat bagaiman masukan sensorik berubah
menjadi keyakinan dan tindakan melaluli proses kognisi. Psikologi kognitif
mengakui otak menjalankan fungsi utama yaitu berfikir. Otak adalah sistem fisik
murni yang bekerja (meskipun kompleks) dalam batas-batas hukum alam dan
kekuatan sebab akibat. Pandangan ini disebut fungsionalisme kausal atau
fungsionalisme.
2. Implikasi Teori Belajar
Psikologi Kognitif
Ahli
psikologi belum puas dengan penjelasan yang terdahulu ( stimulus – response –
reinforcement) mereka berpendapat bahwa tingkah laku seseorang selalu
didasarkan pada kognisi, yaitu suatu perbuatan mengetahui atau perbuatan
pikiran terhadap situasi dimana tingkah laku itu terjadi. Tiga tokoh penting
pengembang psikologi kognitif yaitu:
1)
Piaget, yang mengemukakan tentang
perkembangan kognitif anak sesuai dengan perkembangan usia ( Gognitive
developmental Pervective)
2)
Bruner, yang mengembangkan psikologi
kognitif dengan menemukan metode belajar Discovery
3)
Ausubel, yang berpendapat jika
pengetahuan disusun dan disajikan dengan baik, siswa akan dapat belajar dengan
baik, efektif melalui buku teks dan metode-metode ceramah.
a.
Psikologi Gesalt dalam Praktek
Dua hukum pokok Gesalt yaitu:
1. Pragnaz (jerman) ( Pregnance ( inggris)
menuju pada kejelasan (Clarity).
2. Closure mulai dari Totalitet ( totality )
(Hukum yang lain : kedekatan, persamaan,
kontinuitet, gerakan bersama, simetris).
Peletak
dasar psikologi Gesalt Talah Max Wertheimer sebagai usaha untuk memperbaiki
proses belajar dengan rote learning dengan pengertian, bukan menghafal.
Psikologi Gesalt ini kemudian di kembangkan oleh Kurt Lewin dengan
Cognitive-Field Psychology-nya. Teori Lewin mendasarkan pada Life Space, yaitu
dunia psikologi dari pada kehidupan inidvidu. Ia menjelaskan bahwa tingkah laku
belajar merupakan usaha untuk mengadakan reorganisasi atau restruktur.
b.
Implikasi Teori Piaget Untuk Pendidikan
Studi
Piaget mengisyaratkan agar guru meneliti bahasa siswa dengan saksama untuk
memahami kualitas berfikir anak didalam kelas. Deskripsi Piaget mengenai
hubungan antara tingkatan perkembangan konseptualanak dengan bahan pelajaran
yang kompleks menunjukkan bahwa guru harus memperhatikan apa yang harus di
ajarkan dan bagaimana mengajarkannya. Situasi belajar yng ideal adalah
keserasian antara bahan pelajaran yang kompleks dengan tingkah perkembangan
konseptual anak. Jadi, guru harus dapat menguasai perkembangan kognitif anak,
dan menetukan jenis kemampuan yang dibutuhkan oleh anak untuk memahami bahan
pelajaran ini.
Strategi
belajar yang dikembangkan dari teori Piaget adalah menghadapkan anak dengan
sikap pandangan yang tidak logis. Anak sulit mengerti sesuatu dengan sifat
pandangan yang berbeda dengan pandangannya sendiri ( anak itu berkembang dari
alam pandangan yang egosentris ke alam pandangan yang sosiosentris). Tipe kelas
yang di kehendaki oleh piaget menekankan pada transmisi pengetahuan melalui
metode ceramah diskusi yang mendorong guru untuk bertindak sebagai katalisator
dan siswa belajar sendiri.
c.
Implikasi “Discovery Learning” dari Bruner
1.
Kenaikan dari potensi intelektual
menimbulkan harapan murid untuk sukses. Dengan menekankan kepada discovery
murid akan belajar mengorganisasi problem-problem dari pada menghadapi
problem-problem itu dengan metode Hit dan Mis. Discovery Learning mengarah
kepada Self reward. Dengan ini anak akan mencapai keputusan karena telah
menemukan pemecahan problem sendiri. Murid yang telah terlatih dengan discovery
learning akan mempunyai skill dan tekhnik dalam pekerjaannya lewat
problem-probelm rill di dalam lingkungannya.
2.
Dalam proses of education disebutkan
juga tentang Spiral Curiculum. Spiral curiculum yaitu suatu kurikulum yang
disusun mulai dari suatu topik yang sederhana, menuju ke topik yang makin
kompleks.
3.
Istilah discovery learning sering
diartikan sama dengan inquiry training atau problem solving dan ketiganya
sering dipakai secara berganti. Discovery adalah pengalaman AHA, dan kita dapat
melakukan inquiry tanpa AHA.
4.
Langkah-langkah Discovery Learning
menurut Taba:
-
Siswa dihadapkan pada problem-problem
yang menimbulkan suatu perasaan gagal didalam dirinya.
-
Siswa mulai menyelidiki problem itu
secara individual.
-
Siswa memecahkan masalah (problem)
dengan menggunakan pengetahuannya melihat fenomena-fenomena, menghubungkan
pengetahuan yang sebelumnya.
-
Siswa menunjukkan pengertian dari
generalisasi itu
-
Siswa menyatakan konsepnya atau
prinsip-prinsip dimana generalisasi itu di dasarkan.
5. Contoh
metode discovery mengenai pengajaran bahasa tentang tipe-tipe dan aturan di dalam bahasa.
6. Bruner mengemukakan metode mengajar dengan
discovery ini. Ia ingin memperbaiki pengajaran yang selama ini hanya mengarah
kepada menghafal fakta-fakta saja, tidak memberikan pengertian tentang konsep
atau prinsip yang terdapat di dalam
pelajaran.
7. Pendukung Bruner diantaranya ialah Postman
dan Weingertner yang di dalam bukunya Teaching as a Subsersive Activity
menyebutkan beberapa hal yang terpenting didalam inquiry, yaitu :
-
Guru akan sering mengatakan ehat he
think....
-
Guru banayak bertanya
-
Guru banayak meminta jawaban dari suatu
pertanyaan
-
Guru mendorong murid untuk berinteraksi
dengan guru atau dengan temannya
-
Pelajaran berkembang dari respon murid,
bukan dari struktur logis yang telah ditentukan sebelumnya., dan sebagainya.
8. dalam
praktek banyak cara untuk melakukan discovery learning, berikut ini beberapa
saran tentang usaha memperbaiki diskusi kelompok.
a)
Saudara dan anggota kelompok harus tau
pasti tujuan dari diskusi
b)
Ciptakan suasana yang menyenangkan agar
anggota bisa berpatisiasi secara aktif
c)
Bentuklah tune dari kelompok itu,
berilah garis bimbingan
d)
Peranan saudar tampak secara jelas
e)
Ketahuilah kapan diskusi itu akan
berakhir
f)
Buatlah kesimpulan secara jelas dan
ringkas.
d).
Praktek Ausubel: Expository teaching
1.
Kebanyakan ahli psikologi kognitif
memilih bentuk discovery learning, atau expository teaching. Namun sementara
itu Ausubel seorang psikologi kognitif memilih expository teaching.
2.
Ausubel menolak pernyataan Bruner yang
menyatakan bahwa discovery learning itu dapat menghasilkan suatu integrasi di
dalam penggunaan pengetahuan yang lebih teratur. Untuk itu menyatakan:
a.
kecakapan memecahkan problem tidak dapat
di transferkan kepada situasi lain, tetapi dibatasi oleh konteks dimana hal itu
di pelajari dan bahan itu untuk makna di praktekan.
b.
Terhadap “struktur” bukan keunikan dari
pad discovery learning, tetapi karena
ada suatu prioritas utama dari reception learning.
c.
pendekatan belajar dengan discovery
tidak dapat disatukan dengan motivasi intrinsik. Murid dapat secara mudah
diatur oleh guru yang dinamis, yang mengetahui bagaimana menyusun bahan dan
menghubungkan bahan itu dengan minat murid.
3. Ausubel memberikan penjelasan bagaimana bisa
terjadi belajar secara hafalan dan
belajar yang bermakna. Strategi mengajar yang baik akan mencegah
terjadinya rote learning yaitu dengan cara meminta murid untuk dapat mengatakan
ide-ide baru menurut cara atau kata-kata mereka sendiri, dan memaksanya untuk
menentukan inti daripada pengetahuan atau informasi baru itu. Beberapa prosedur
untuk belajar secara bermakna:
a)
menggunakan Aduance Organizes yaitu
disajikan dalam tingkat observasi yang lebih tinggi. Guru menyajikan bahan
dalam sub-sub konsep yang dapat membantu siswa dalam menggolongkan bahan baru
itu.
b)
Dengan Integrative Reconsi Liation yaitu
ide baru di integrasikan dengan ide yang telah dipelajari sebelumnya. Tetapi
prosedur ini ada kekurangannya, yaitu:
1.
Dosen atau Authorr banyak menggunakan
istilah terhadap konsep yang sama, hasilnya akan menjadi, rote learning.
2.
Murid yang tidak dapat melihat hubungan
yang penting di dalam bahan itu ia akan gagal mengerti dan memahami isi
pelajaran.
3.
Bila terjadi murid menghubungkan bahan
baru dengan bahan lain yang sebetulnya tidak relevan.
e). Kesimpulan
dari
penyelidikan-penyelidikan tidak dapat di tarik kesimpulan metode mana yang
paling efektif. Saran-saran tambahan untuk memperbaiki kuliah ( Travess ):
1.
Jangan memberikan kesimpulan, tapi
berikan informasi dan metode diman mereka dapat menggunakan dalam problem solving.
2.
Jangan takut memberikan topik yang
kontroversial.
3.
Gunakan psinsip-prinsip psikologis yang
mengarah pada pembentukan konsep.
4.
Topik harus relevan
5.
Berikan pertanyaan yang signifikan.
6.
Mahasiswa hendaknya dapat menggunakan
bahan kuliah dari luar sekolah
7.
Beranikanlah masiswa mengajukan
pertanyaan.
f). Pemikiran Tentang Model Belajar Mengajar
teori
Piaget dibicarakan disini karena secara jelas teori ini ada interaksinya dengan
perbedaan individual, tujuan instruksional, prinsip belajar, dan metode belajar
mengajar. Ada dua pendekatan tentang readiness, yaitu dari tingkatan
perkembangan fungsi-fungsi kognitif dan pengetahuan anak dari pada mata
pelajaran.
C. Teori Belajar Psikologi
Humanistik
1. Pengertian Teori Belajar
Psikologi Humanistik
Aliaran
psikologi humanistik sangat terkenal dengan konsepsi bahwa esensinya manusia
itu baik menjadi dasar keyakinan dan
mengajari sisi kemanusiaan. Psikologi humanisitik adalah perspektif psikologis
yang menekankan studi tentang seseorang secara utuh.
2. Implikasi Teori Belajar
Humanistik
a.
Guru sebagai fasilitator
psikologi
humanistik memberikan perhatian atas guru sebagai fasilitator yang berikut ini
adalah sebagai cara untuk memberikan kemudahan belajar dan berbagai kualitas si
fasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa guidenes
( petunjuk).
b.
Ciri-ciri Humanistik mengenai guru-guru yang baik dan kurang baik
menurut
Hamacheek, guru-guru yang efektif tampaknya adalah guru-guru yang manusiawi.
Mereka mempunyai rasa humor, adil, menarik, lebih demokratis daripada
autokratik, dan mereka mampu berhubungan dengan mudah dan wajar dengan para
siswa baik secara perorangan ataupun kelompok. Guru-guru yang percaya bahwa
setiap siswa itu mempunyai kemampuan untuk belajar, akan mempunyai perilaku
yang lebih positif terhadap siswa mereka. Menurut Combs dan kawan-kawan,
ciri-ciri guru yang baik ialah:
1.
Guru yang mempunyai anggapan bahwa orang
lain itu mempunyai kemampuan untuk memcahkan masalah mereka sendiri dengan baik
2.
Guru yang melihat bahwa orang lain
mempunyai sifat ramah dan bersahabat dan bersifat ingin berkembang
3.
Guru yang cenderung melihat orang lain
sebagai orang yang sepatutnya dihargai
4.
Guru yang meliat orang dan perilaku
mereka pada dasarmya bekembang dari dari dalam.
5.
Guru yang menganggap orang lainitu pada
dasarnya dipercaya dan dapat diandalkan dalam pengertian dia akan berperilaku
,menurut aturan yang ada
6.
Guru yang melihat orang lain itu dapat
memenuhi dan meningkatkan dirinya, bukan menghalangi apalagi mengancam
c.
Guru yang sejati
mengajar
yang baik bukan sekedar persoalan tekhnik-tekhnik dan metodologi belajar saja.
Ada beberapa mitos pengajaran yang telah berlaku beberapa generasi berikut ini:
1.
Guru harus bersifat tenang, tak
berlebih-lebihan dan dingin dalam menghadapi setiap situasi
2.
Guru harus dapat menyukai siswa-siswinya
secara adil
3.
Guru harus memperlakukan siswa-siswinya
secara sama, tanpa memperdulikan watak
4.
Guru harus mampu menyembunyikan
perasaannya, meskipun hatinya terluka, ia harus menunjukkannya dengan hati yang
tenang, senang
5.
Guru dapat menjawabsemua pertanyaan yang
disampaikan oleh siswanya.
6.
Guru diperlukan oleh siswanya, karena
siswanya belum dapat bekerja sendiri dan bertanggung jawab atas kegiatan
belajar mereka sendiri dikelas.
Sesungguhnya
guru adalah makhluk biasa. Guru sejati bukanlah makhluk yang berbeda dengan
siswa-siswi lainnya. Ia bukan makhluk yang hebat,ia harus dapat berpartisipasi dalam
semua kegiatan yang dialakukan oleh siswanya dan dapat mengembangkan rasa
persahabatan secara pribadi dengan siswanya.
3. Aplikasi Psikologi Humanistik dalam
Pendidikan
Guru-guru
cenderung berpendapat bahwa pendidikan adalah warisan kebudayaan, pertanggung
jawaban sosial, dan bukan pengajaran yang khusus. Hasil awal dari pandangan ini
ialah tumbuhnya apa yang disebut dengan programmed instrktion. Pendekatan
humanistik di ikhtisarkan sebagai berikut:
1.
Siswa akan maju menurut iramanya sendiri
dengn suaut perangkat materi yang sudah ditentukan lebih dahulu untuk mencapai
suatu perangkat tujuan yang telah ditentukan pula dan para siswa bebas
menentukan cara mereka sendiri dalam mencapai tujuan mereka sendiri.
2.
Pendidikan aliran humanistik mempunya
perhatian yang murni dalam pengembangan anak-anak perbedaan-perbedaan
individual.
3.
Ada perhatian yang kuat terhadap
pertumbuhan pribadi dan perkembangan siswa secara individual. Tekanan pada
perkembangan secara individual dan hubungan-hubungan manusia adalah suatu usaha
untuk mengimbangi keadaaan-keadaan baru yang selalu meningkatkan yang dijumpai
siswa.
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Teori
behavioristik berpendapat bahwa semua perilaku dapat dijelaskan oleh
sebab-sebab lingkngan, bukan oleh kekuatan internal. Behavioristik berpaku pada
prilaku yang dapat diamati. Guru-guru yang menganut pandangan ini berpendapat,
bahwa tingkah laku murid-murid merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan
mereka pada masa lalu dan masa sekarang dan bahwa segenap tingkah laku
merupakan hasil belajar.
Psikologi
kognitif adalah cabang yang mempelajari proses mental termasuk bagaimana orang
berfikir, merasakan, mengingat dan belajar. Bidang psikologi kognitif sangat
luas, tapi umumnya dimulai dengan melihat bagaiman masukan sensorik berubah
menjadi keyakinan dan tindakan melaluli proses kognisi.
Aliaran
psikologi humanistik sangat terkenal dengan konsepsi bahwa esensinya manusia
itu baik menjadi dasar keyakinan dan
mengajari sisi kemanusiaan. Psikologi humanisitik adalah perspektif psikologis
yang menekankan studi tentang seseorang secara utuh.
B. SARAN
Kami
selaku penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih sangat
banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun
dari para pembaca sangat kami harapkan. Sebagai bahan evalusi untuk pembuatan
makalah-makalah yang selanjutnya.
Belum ada tanggapan untuk "Makalah Teori Belajar Psikologi Behavioristik"
Post a Comment
Silahkan berkomentar secara bijak dan sesuai dengan topik pembahasan.